Pengaruh Teknologi Terhadap Bahasa Di Kalangan Pelajar
Bahasa adalah ilmu yang sangat penting dalam
kehidupan sehari hari khususnya dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Tentunya kita harus bisa menggunakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan
Yang Disempurnakan. Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju
seperti sekarang ini sangatlah berpengaruh besar bagi masyarakat pada
umumnya dan khususnya di kalangan pelajar di sekolah yaitu mulai
terkontaminasinya bahasa terhadap perkembangan teknologi yang digunakan
setiap pelajar sehingga bahasa mengalami keterpurukan karena
kemunculan dari kenegatifan bahasa yang digunakan tersebut dan juga
bisa merubah makna dan arti yang ada.
Bahasa Indonesia yang seharusnya sebagai
bahasa nasional yang harus kita junjung tinggi tersebut telah
mengalami penyimpangan dari segi tata bahasa penulisannya maupun
pelafalannya. Di lingkungan sekolah yaitu para pelajar yang banyak
menggunakan teknologi handphone telah membuat suatu bahasa yang baku
menjadi tidak baku dalam penulisannya yang pengaruhnya semakin
meningkat meninggalkan norma yang berlaku sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Berdasarkan
uraian di atas dapat diketahui bahwa semakin majunya teknologi, kenapa
menyebabkan kebakuan bahasa indonesia itu semakin disisihkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mencoba meneliti untuk
merealisasikan pengaruh kejadian tersebut yang diharapkan agar kemajuan
teknologi itu diimbangi pula dengan kemajuan bahasa persatuan kita
khususnya dalam kebakuan bahasa indonesia yang berkiblat pada Ejaan
Yang Disempurnakan.
Berdasarkan latar belakang masalah dan realita yang ada, dapat kita cermati masalah-masalah yang timbul di antaranya adalah :
> Banyak pelajar yang menggunakan
bahasa sms dan diterapkan di dunia pendidikan yang jauh dari ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan.
> Apakah para pelajar dapat
menggunakan bahasa sms pada tempatnya sehingga tidak menimbulkan
penyimpangan pada bahasa Indonesia yang baik dan benar.
> Bagaimana cara penanggulangan yang
baik untuk menghilangkan kenegatifan yang yang ada antara bahasa sms
dengan bahasa yang sebenarnya.
> Dampak negatif dari perkembanngan teknologi terhadap ketatanan bahasa yang ada
Oleh
karena itu, kita sebagai penerus bangsa yang baik hendaknya selalu
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dan diharapkan kita bisa menjadi
contoh untuk yang lain termasuk bagi pelajar, yaitu :\\\\\\\\\\\\\\\\
- Pelajar dapat menerapkan penulisan bahasa sms pada tempatnya
- Pelajar cenderung berpikir ke depan untuk bisa menggunakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
-
Disamping pelajar atau mahasiswa, kalangan umum pun bisa mendapatkan
manfaat dari program ini yaitu dapat mengetahui arti penting bahasa yang
ada.
Arti
penting Ejaan yang disempurnakan dalam kalangan pelajar . Tujuannya
agar kita tidak salah dalam penggunaan bahasa yang ada dan kita juga
bisa mengetahui makna atau arti kata yang ada.Ardiansyah, andre, 1995. Ejaan Yang Disempurnakan, Surabaya, Pustaka Agung Harapan.
BahasaSMS
Tak bisa dimungkiri bahwa perkembangan
teknologi telah pula turut serta memengaruhi perilaku manusia dalam
berbahasa. Media informasi, khususnya yang berupa elektronik, menuntut
manusia berpikir efektif dan efisien dalam menggunakan bahasa sehingga
informasi yang disampaikan bisa cepat, singkat, dan padat. Hal ini
tampak dari penggunaan bahasa pesan singkat atau yang biasa disebut SMS
(short message service).
Fenomena penggunaan bahasa dewasa ini
sedikit banyak menyimpang dari kaidah-kaidah tata bahasa yang
semestinya. Apa sebenarnya yang menjadi faktor munculnya fenomena ini?
Apakah hukum alam mempunyai peranan penting dalam kemunculannya? Sejauh
mana bahasa SMS bisa diterima sebagai suatu konvensi, bahkan jika
perlu sebagai bahasa informatika?
Kenyataan memperlihatkan bahwa tak ayal
kita mendapati kata-kata semacam t4 (tempat), dmn (di mana), ap kbr
(apa kabar), dan lain sebagainya digunakan dalam SMS. Hal ini secara
tidak disadari ternyata berkaitan dengan konsep hukum alam yang
diungkapkan Kaum Atomis dan Newtonian. Mereka menganggap bahwa dalam
usaha mencari dan menempati void (kehampaan), atom selalu mencari jalan
yang sependek-pendeknya (via Wahab, 1991). Hukum ini berlaku pula
dalam perilaku bahasa SMS. Pengirim pesan (encoder) selalu mengirim
pesan (message) sesingkat mungkin kepada penerima pesan (decoder).
Dalam proses pembentukan bahasanya, ada aspek kebahasaan yang patut
untuk diperhatikan seperti fonologi, sintaksis morfologi, dan wacana.
Dalam aspek fonologi bahasa SMS, ada
proses pengurangan jumlah suku kata dan pengubahan bunyi baik sebagai
akibat dari penghilangan bunyi vokal akhir ataupun vokal atau suku kata
yang ada di tengah suatu kata. Istilah Ini biasa disebut apocope dan
syncope. Kata-kata seperti aslm, (assalamualaikum), kbr (kabar), sy
(saya), km (kamu), bls (balas), cpt (cepat), dan sebagainya adalah
beberapa contoh dari penyimpangan fonologi. Kebanyakan bahasa SMS
termasuk pada aspek ini.
Terkadang tampak pula modifikasi yang
muncul di wilayah ini seperti penggabungan kata dengan angka yang
bertujuan menyingkat suatu kata dengan tidak mengurangi maknanya.
Contohnya adalah t4 (tempat), s7 (setuju (h)), s6 (senam). Sempat kita
mendapati fenomena seperti ini pada kata-kata yang muncul di
stiker-stiker beberapa waktu lalu seperti domba 3rut (domba tigarut
atau domba ti Garut yang berarti domba dari Garut), dan lain-lain.
Selain itu, dalam aspek morfologi ada
pembentukan kata dengan penggabungan dua kata dan memotong kata menjadi
lebih pendek. Istilah ini disebut blending dan clipping. Contohnya,
matkul (mata kuliah), ftkp (foto kopi), trims (terima kasih), lab
(laboratorium), perpus (perpustakaan), dll. (dan lain-lain).
Kemudian dalam aspek sintaksis, ada
proses pelesapan kata yang kebanyakan muncul dalam kalimat performatif
seperti, pg (pagi), mlm (malam) yang ditulis di awal pesan dan sering
kali diikuti tanda seru (!). Kata selamat ada kalanya diabaikan.
Fenomena penyingkatan dan pemadatan kata
ini ditengarai oleh realita yaitu dunia (alam) informasi yang kita
diami menuntut kita untuk bergerak lebih cepat dengan mencari jalan
sependek mungkin dalam menyampaikan tujuan (berkomunikasi). Di sisi
lain, tenaga dan upaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih sedikit atau
kecil.
Secara psikologis, fenomena ini juga
memengaruhi mental pengirim dan penerima pesan. Encoder secara alamiah
selalu memiliki prinsip maximum ease of articulation, pengirim pesan
atau penutur selalu ingin menyampaikan pesan (dengan tenaga dan gerak
alat artikulasi) sesedikit mungkin. Sementara decoder cenderung
menerapkan prinsip maximum of perceptual separation, ia selalu berusaha
memahami makna suatu ujaran (pesan) dengan kerja indera sekecil
mungkin.
Untuk mempertemukan kepentingan
dari encoder dan decoder lewat prinsip ini, diperlukan kompromi atau
saling pengertian yang hanya bisa terwujud jika ada konvensi bahasa
yang disepakati bersama-sama.
sumber: http://s4putr4.blogdetik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar